Ketenangan

Diposting pada

Konsep kebahagiaan diarahkan kepada ketenangan merupakan konsep yang sangat simple. Hanya saja, benar kata Imam al-Ghazali, dalam urusan nasehat, sebenarnya, nasehat itu gampang. Yang sulit itu adalah mengerjakannya. Sama seperti dalam mengaplikasikan konsep yang satu ini. Konsepnya mudah, tetapi mengerjakannya sulit.

Konsep kebahagiaan di sini, sangat tergambar jelas dalam benak saya. Namun, sering kali saya tidak bisa mengaplikasikan sepenuhnya. Entah kenapa faktornya. Apakah karena memang di dunia ini tidak ada yang ideal? Atau malah karena perasaan memang tidak rasional? Saya juga tidak tahu.

Pada dasarnya, jika kita memakai konsep ketenangan semacam ini, kita tidak perlu payah untuk mencapai kebahagiaan. Cukup melaksanakan apa yang menurut hati kita tenang, yah, di sanalah kita menemukan kebahagiaan. Apakah harus membayar mahal? Tentu jika membayar mahal membuat hati Anda tidak tenang, maka ketenangan terdapat pada sebaliknya. Semudah itu menerapkan konsep ini.

Untuk mengaplikasikan konsep ini, kita harus menaruh ketenangan kepada sesuatu yang bisa kita dapatkan, bukan malah menggantungkan ketenangan kepada sesuatu yang sukar kita lakukan. Semisal, saya tenang jika orang lain tidak berisik. Orang lain bukanlah sesuatu yang bisa kita kontrol. Selagi kamu menggantungkan ketenangan kepada orang lain, maka kebahagiaanmu pun tergantung kepada orang lain. Sejak itu pula, kamu menjadi budak dari orang lain.

Begitu pula, jika kamu menggantungkan ketenangan kepada uang, kamu pun bahagia hanya jika mendapatkan uang. Kamu pula berstatus budak uang.

Andai ketenangan kamu gantungkan kepada diri sendiri, niscaya Anda akan mendapatkan kebahagiaan sesuai keinginan Anda. Karena Anda dapat mengontrol diri Anda sendiri. Semisal, Anda tenang jika beristirahat, Anda akan merasakan kebahagiaan setiap Anda beristirahat.

Baca Juga:  Tak Bisa Dijelaskan

Contoh sederhana apakah kamu menggantungkan kebahagiaan kepada diri sendiri atau kepada orang lain ialah: Anda berkarya. Jika Anda menggantungkan kepada orang lain, kamu hanya akan puas jika karya tersebut diminati oleh pembaca. Berbeda jika kamu menggantungkan kebahagiaan kepada diri sendiri, Anda akan puas jika Anda menulis. Itu saja. Urusan komentar pembaca atau bahkan tidak dibaca sama-sekali, ya, bodo amat. Intinya, saya sudah berkarya. Dengan berkarya, saya bahagia. Urusan bagaimana kata orang, itu sama-sekali tidak berpengaruh kepada kebahagiaan saya.

Gambar Gravatar
Muhammad ibnu Romli, atau juga dikenal dengan Miromly Attakriny. Bukan sosok yang bijaksana, tetapi menyukai kebijaksanaan. Hobinya berpikir dan membikin inovasi.

Silahkan Berkomentar!